Tulisan ini setidaknya saya pijakkan pada dua kitab karya Doktor Yusuf Al Qardawi. Saya sangat tertarik terhadap karya karya beliau, sebab menurut pembacaan saya beliau salah satu ulama yang sangat konsisten dengan cara pandang keilmuan Islam yang moderat. Beliau tidak segan menyatakan "haram" jika ia telah dinyatakan oleh teks yang qhat'iy ad dalalah. Olehnya beliau menolak pengharaman mutlak poligami, penyamaan waris laki laki perempuan, dan lain-lain. Namun di sisi lain, beliau juga berani melakukan ijtihad ulang atas teks teks dan masalah masalah yang masih bersifat dhanniyat. Bagi beliau, jika ulama masa lalu sepakat atas dua pendapat, maka kita saat ini boleh melahirkan pendapat yg ke tiga, jika sepakat tiga, kita boleh melahirkan yg ke empat, dan seterusnya. (Bisa dibaca dalam karya nya: Al Ijtihad Al Mu'ashir)
Salah satu isu yang menjadi perhatian beliau adalah soal anak yang lahir diluar perkawinan yg sah. Sampai beliau menulis kitab khusus dengan tema "Al-istilhaq wa at-tabanny fi asy-syari'ah Al-Islamiyyah". Dalam kitab ini beliau menolak dan mengharamkan "penasaban anak hasil adopsi". Beliau menyatakan bahwa adopsi khususnya pada anak anak yang tidak memiliki orang tua sangat dianjurkan oleh islam untuk melindungi, menjaga, merawat hak dan masa depan anak. Namun tidak boleh kemudian dinyatakan sebagai anak kandung yang memiliki hubungan kenasaban, waris, kewalian dan seterusnya.
Bagaimana dengan anak hasil zina? Bisakah ia bernasab dan menerima waris dari ayah biologisnya?